Menampilkan: 1 - 2 dari 2 HASIL

Menabung untuk Pernikahan, Susah Nggak Sih?

Biaya mungkin jadi persoalan yang paling ribet selama persiapan pernikahan. Sebenarnya ya bisa aja kalau mau nikah murah, di KUA aja akadnya. Katanya malah kalau akadnya pas weekday, bisa gratis. Kalau weekend pun cukup Rp600.000 saja.

Let’s agree to disagree, buat beberapa orang mungkin nggak cukup nikah akad di KUA aja. Pengennya ada pesta resepsi. Anggap aja semacam syukuran hari bahagia bareng orang-orang terdekat. Aku salah satunya yang kepingin bikin pesta resepsi pernikahan.

Tips menabung untuk biaya pernikahan
Nikah biaya sendiri? Bisa dong!

Nggak perlu mewah, yang penting layak. Begitulah prinsipku mengenai sebuah pesta pernikahan.

Di blog post kali ini, aku mau bahas pengalaman menabung untuk pernikahan. Buat beberapa orang terdekat mungkin udah tau, kalau pernikahanku biayanya dari aku & suami.

Menabung untuk Menikah, Susah Nggak Sih?

Alhamdulillah, kami sama-sama bekerja full-time di sebuah kantor Jakarta. Menurut pengalamanku sendiri, menabung untuk menikah itu susah, tapi bukan mustahil untuk dilakukan. Apalagi kalau udah ada niatnya.

Kurang lebih, beginilah tipsnya

1. Rencanain Budget Sesuai Kemampuan

Jangan sampe demi gengsi nikahan yang ‘wah’, jadi harus ngutang kiri-kanan ya. Nikahan ala-ala Bride Story emang cantik & memorable banget. Tapi kalau budget biayanya dirasa terlalu mencekik, ya turunkanlah ekspektasimu...

Aku sendiri pernah kok cek-cek vendor kece yang sering di-highlight di Bride Story, bahkan datang ke pamerannya di ICE BSD beberapa waktu lalu. Tapi pas liat biayanya… Wadidaw! Rasanya belum rela ngeluarin uang ‘segitu’ untuk pesta pernikahan. Nggak apa-apa kok, emang berarti aku bukan target pasarnya vendor-vendor Bride Story aja :))

Take all my moneeyyyy~~~ Eh tapi gak cukup money-nya.

Setelah diskusi panjang dan lihat pengalaman beberapa kerabat, akhirnya aku & Imam berhasil membuat keputusan budget yang kami mampu keluarkan untuk pernikahan ini. Kami menuliskan budget pernikahan di Google Sheet supaya bisa sama-sama tau update terbarunya. Mulai dari lamaran, seserahan, katering, sampai dengan akomodasi keluarga.

2. Catat Penghasilan & Pengeluaran Sebulan Secara Detail

Pengeluaran kami kurang-lebih ya untuk jajan, transport, pulsa, paket data, bayar kosan, nyalon, dan lain-lain. Imam ditambah tagihan CC, kalau aku ditambah cicilan mobil (FYI, ini mobil second & cicilannya bagi 2 dengan kakak, jadi nggak memberatkan).

Kurang lebih pengeluaranku sebulan itu sekitar 70-80% dari penghasilan bulanan(yang nggak nyampe 2 digit). Di masa-masa menabung ini, aku bekerja di perusahaan yang menyediakan makan siang dan malam, jadi lumayan bisa berhemat. Kalau sekarang, bawa bekal sendiri dari rumah buat menekan pengeluaran~

Makan yang bisa dapet promo
Makan yang bisa dapet promo, demi nabung!

Setelah mencatat kira-kira berapa pengeluaran sebulan, aku & Imam buat budgetingmasing-masing setiap bulan. Ini bikin kami jadi bisa kontrol uang masing-masing. Misalnya budget nyalon bulan ini udah limit, ya udah ga bisa nyalon lagi. Kalau butuh potong rambut ya kudu bulan depan, atau potong sendiri aja di rumah. Kalau kepepet ya potong budget jajan, biar bisa nyalon. Gitu

Oh iya, jangan lupa untuk catat pengeluaran zakat tiap bulannya ya. 2,5% dari gaji aja kok. Kalau mau zakat online yang gak pake ribet, bisa coba di Bukalapak atau Tokopedia.

3. Selisih Pemasukan & Pengeluaran Dijadikan Tabungan

Kalau pengeluarannya sekitar 70-80% dari gaji, berarti 20-30%-nya bisa dijadikan tabungan menikah. Lumayan banget, gaes~

Kalau rencana menikah masih agak lama (atau calonnya juga belum ada, tapi udah pengen nabung), bisa bikin deposito dari uang tabungannya. Aku dulu nggak pakai deposito sih, karena cuma tau nabung konvensional di bank aja :)) Selain deposito, bisa juga nabung saham, emas, reksadana, atau SBN-nya Kemenkeu.

4. Cari Kerja Sampingan

Ini dia salah satu kunci menabung untuk pernikahan ala aku. Kerjaanku sebenarnya nggak cuma full-time yang kantoran aja, tapi aja juga freelance kiri-kanan. Biasanya manage KOL untuk brand, jadi content writer di beberapa situs, dan sebagai blogger juga~

Hasil gaji dari kerja sampingan ini langsung masuk ke dana tabungan pernikahan. Tentu setelah dipotong 2.5% buat zakat penghasilan ya!

Semangat menabung untuk pernikahan
Tetap semangat lah pokoknya!

Selama ada kemauan, pasti ada jalannya. Apalagi menikah itu adalah perbuatan baik. Jadi pasti ada aja kok jalannya. Kalau aku ya alhamdulillah, rezeki datang melalui kerja sampingan gini. Asal jangan lupa sama kerjaan full-time aja, itu tetap harus jadi fokus utama.

5. Konsisten Menabung

Agak susah kalau niat menabung untuk menikah ini masih setengah-setengah. Kalau udah commit di awal buat nabung, ya jalanin aja sampai targetnya tercapai. Sebenarnya angkanya nggak perlu selalu besar angkanya, yang penting konsisten aja terus nabung. Karena yang terpenting adalah menciptakan kebiasaan menabungnya dulu.

Menabung untuk nikah terasa ringan kalau dilakukan berdua
Senyum bahagia udah sah halal~

Alhamdulillah, dengan tabungan sendiri ini, 6 April 2019 kemarin, aku & Imam berhasil melangsungkan pernikahan. Tidak mewah sebenarnya, tapi kami sangat puas dengan hasilnya!

Kalau ada yang mau ditanyakan soal menabung untuk pernikahan ini, boleh banget tulis di kolom komentar bawah atau DM Instagram-ku @margaapsari.

Nanti informasi soal vendor-vendor pernikahan akan aku bahas di blog post selanjutnya ya~

——————————————————————————–

Let’s connect! I don’t bite 😀

Facebook | Twitter | Instagram

***

Thank you for reading,
See you on the next post! 

Pengalaman Naik Pesawat Saat Pandemi: Aman Sih, tapi…

Postingan blog ini sebenarnya late-post banget, karena naik pengalaman naik pesawat saat pandeminya udah dilakukan sejak Agustus 2020. Better late than never, siapa tau ada yang butuh juga informasinya. Silakan dibaca ya!

Pengalaman naik pesawat saat pandemi
Pengalaman naik pesawat saat pandemi

Persiapan Sebelum Naik Pesawat Saat Pandemi

Rute perjalananku waktu itu adalah Jakarta-Banjarmasin. Aku dan suami berangkat karena ibu mertua (ibunya suami) meninggal dunia.

Kabar duka kami terima sore hari sekitar jam 4-5an. Hal pertama yang kami lakukan bukan langsung beli tiket, tapi rapid test di rumah sakit. Karena buat apa beli tiket pesawat kalau hasil rapid test-nya positif? Tetap nggak bisa berangkat. Daripada uang terbuang sia-sia di tiket, maka kami memutuskan buat rapid test dulu aja.

Biaya rapid test waktu itu adalah Rp300.000, di RS Omni Alam Sutera. Bisa ditunggu 2 jam. Sebenarnya beberapa rumah sakit meneydiakan layanan drive thru untuk rapid test, tapi biasanya harus pagi-siang. Kalau sore harus masuk ke dalam lab RS-nya.

Setelah mendapat surat pernyataan bahwa aku dan suami negatif Covid-19, barulah kami beli tiket via Traveloka. Rasanya harga tiket nggak jauh beda kok sama hari-hari biasa sebelum pandemi.

Sebelum berangkat, kami download aplikasi eHAC (Indonesia Electronic Health Alert Card), lalu registrasi akun dengan mengisi beberapa biodata standar, seperti KTP dan lainnya.

Langkah-langkah mengisi eHAC
Langkah-langkah mengisi eHAC

Setelah bikin akun, baru deh bikin HAC-nya. Cuma perlu isi data-data standar, termasuk kota asal dan tujuan. Lengkap dengan nomer penerbangan juga. Setelah itu, bakal ada tanda terima eHAC berupa QR code, screenshot aja biar nggak perlu bolak-balik buka apps-nya lagi. QR code ini nanti di-scan di kota tujuan.

Saranku, siapin eHAC ini dari sebelum berangkat ya. Bisa aja sih isi mepet-mepet habis turun dari pesawat. Tapi nanti bakal stuck di kerumunan kayak gini:

Langkah-langkah isi eHAC
Rame-rame ngisi eHAC dulu karena nggak bisa keluar kalau nggak scan QR code

Nggak mau stuck di kerumunan gini kan? Isi eHAC dari sebelum naik pesawat jangan lupa biar nggak drama!

Suasana di Bandara Soekarno Hatta dan di Pesawat Citilink

Saat itu, kami mengambil pesawat dengan keberangkatan paling pagi. Sekitar jam 6-7an. Suasananya masih sepi. Tapi karena waktu itu dekat-dekat minggu yang banyak hari liburnya, orang-orang yang mau naik pesawat dengan tujuan liburan juga udah lumayan banyak.

Sebelum masuk boarding room, penumpang diharuskan konfirmasi ulang surat keterangan negatif Covid-19. Ada loketnya sendiri kalau di Soekarno Hatta Terminal 3, masih sederetan sama counter-counter check in. Petugasnya nanti mengingatkan lagi soal isi eHAC. Jangan lupa pokoknya!

Naik pesawat saat pandemi
Setiap kursi diberi jarak

Kursi-kursi di boarding room sudah diberi stiker supaya kita ingat jaga jarak. Memakai masker hukumnya wajib selama berada di tempat umum. Kalau mau makan atau minum, jangan lupa buru-buru pakai lagi begitu selesai ya!

Naik pesawat saat pandemi
Kami naik Citilink, karena berangkatnya paling pagi

Di dalam pesawat Citilink yang kami naiki, kursi bagian tengah (nomer B dan E), sengaja dikosongkan karena penumpang harus jaga jarak. Agak deg-degan berada di dalam pesawat bersama orang-orang yang nggak dikenal, walau hanya sekitar 1 jam saja.

Berhubung pesawat Citilink ini nggak dapat makan, interaksi dengan pramugari juga lebih minim. Penumpang di sekitarku pun tidak ada yang ke toilet sama sekali, semua tetap tenang di tempat duduk masing-masing. Saat itu tenggorokan rasanya agak gatal karena deg-degan, tapi ditahan-tahan karena takut dicurigai haha (padahal nggak akan diapa-apain juga sih sama orang-orang).

Sampai di Banjarmasin, Bandar Udara Syamsudin Noor

Jauh berbeda dengan bandara yang lama, suasana bandara baru Banjarmasin terkesan lebih modern dan luas. Sempat deg-degan bakal rame karena bandara yang dulu cenderung kecil, tapi ternyata luas. Banyak space kosong untuk jaga jarak dengan orang lain.

Sebelum keluar, ada petugas yang scan QR code eHAC. Siapkan dari sejak menginjakkan kaki di bandara, biar bisa cepat.

Pengalaman naik pesawat saat pandemi
Halo Banjarmasin!

Intinya…

Protokol kesehatan di bandara dan pesawat menurutku bagus, tinggal kitanya aja yang lebih patuh dan ingat untuk jaga jarak dengan orang lain. Naik pesawat saat pandemi itu (lumayan) aman, tapi bikin deg-degan. Karena nggak tau yang lain sebenarnya beneran sehat atau OTG 😂

Urutan persiapan naik pesawat saat pandemi:
✈️ Rapid atau swab test
✈️ Beli tiket pesawat
✈️ Isi eHAC
✈️ Check in dan konfirmasi surat negatif Covid-19
✈️ Naik pesawat
✈️ Scan QR code eHAC di bandara tujuan

Jangan lupa, surat hasil rapid atau swab test hanya bisa dipakai maksimal 14 hari sejak test. Kalau udah lewat, ya harus test lagi, atau suratnya nggak diterima sama bandara (dan nggak bisa naik pesawat).

Semoga informasi ini berguna buat teman-teman yang mau naik pesawat di saat pandemi. Jaga kesehatan dan pakai maskernya ya!