Perjalanan ke Pulau Peucang ini berawal dari kebosanan saat menunggu jam buka puasa Ramadan lalu. Nggak ada angin nggak ada badai, langsung aja browsing di Instagram tentang open trip. Mengapa pilih open trip? Alasannya simpel, biar udah ada yang ngurusin dan atur itinerary-nya, hahahaha.
Akhirnya destinasi yang dipilih dari sekian open trip yang ada adalah Pulau Peucang, selama 3 hari 2 malam, dengan penyelenggaranya Banten Vacation. Destinasi ke Pulau Peucang ini diadakan setiap akhir minggu, jadi cukup mudah untuk pilih tanggalnya.
Baca terus blog post ini buat cerita open trip ke Pulau Peucang selengkapnya!
Hari Pertama
Malam pertama ini dihabiskan di perjalanan. Meeting point-nya di pintu keluar Plaza Semanggi yang menghadap ke arah Universitas Atma Jaya. Semua peserta nggak ada yang ngaret, jadi berangkatpun tepat waktu. Total peserta ada sekitar 40 orang, dengan kendaraan 1 bus kecil + 1 elf.
Itinerary Hari ke-1
21:00 Berangkat dari meeting point di Plaza Semanggi Jakarta 23:00 Meeting point ke-2 di daerah Serang
Hari Kedua
Trip ke pulau Peucang yang sesungguhnya baru dimulai di hari ke-2 ini. Laju bus yang digunakan ngebut, cukup ekstrem karena jalur menuju Sumur lumayan berantakan. Sisi baiknya, tiba di Sumur jadi lebih cepat, dan bisa istirahat di bus, dan solat Subuh tepat waktu.
Selesai solat Subuh, langsung menuju kapal dan berangkat ke Pulau Peucang. Sarapan pagi langsung disediakan di kapal saat berangkat. Menunya sederhana, nasi putih, telur balado, dan tempe orek. Kapan lagi bisa sarapan di atas laut sambil lihat matahari terbit, kan? WAJIB sarapan di awal keberangkatan kalau tidak mau mabuk laut nantinya ya!
Perjalanan ke Pulau Peucang ini sekitar 3 jam dengan kapal. Setibanya di Pulau Peucang, pemandangannya benar-benar breath-taking. Gradasi warna biru yang indah di setiap sudut pantainya, dan dihiasi dengan pasir putih yang sangat bersih! Memasuki Pulau Peucang, semua sinyal benar-benar hilang. Hiburan yang ada adalah menikmati keindahan alam dan ngobrol dengan teman-teman baru.
Kondisi penginapan bisa dibilang masih kurang baik di sini. Terbuat dari kayu dan agak berdebu di dalamnya. Satu penginapan (4 ruangan, masing-masing bisa diisi 5 orang), terdapat 3 kamar mandi di bagian luarnya. Sekamar dengan siapa dan di penginapan yang mana, semuanya diatur oleh tour leader Banten Vacation. Untuk suami-istri atau keluarga, bisa upgrade untuk dapat ruangan sendiri.
Selain nggak ada sinyal, listrik di Pulau Peucang juga hanya nyala di malam hari saja. Jadi kalau siang hari ya nggak bisa nge-charge HP, dan di kamar mandi harus gelap-gelapan. Di pulau ini juga cukup banyak rusa, babi, dan monyet berkeliaran, jadi harus hati-hati kalau bawa makanan.
Acara selanjutnya adalah trekking menuju Karang Copong. Bukan trekking yang berat, karena jalurnya datar semua. Ada sedikit nanjak, tapi di bagian akhir saja, dan cukup mudah. Jangan lupa bawa air mineral, karena perjalanan trekking lumayan jauh. Di dalam hutannya, ada rusa berkeliaran. Kalau mau foto, mereka cukup photogenic, haha.
Karang Copong indah banget! Lautnya benar-benar biru dan bening. Bahkan, dari atas karang kita bisa melihat ikan-ikannya (ukurannya cukup besar). Di sini bersantai sejenak, hampir 1 jam, lalu kembali lagi ke penginapan untuk makan siang dan siap-siap snorkeling.
Spot pertama untuk snorkeling adalah Ciapus, perjalanan dengan kapal dari Pulau Peucang nggak sampai 10 menit rasanya. Berhubung kondisi angin hari itu cukup kencang, agak susah untuk menikmati snorkelingnya karena terbawa arus terus.
Spot kedua adalah Sumino. Lebih bagus dari Ciapus, di Sumino kita bisa menemukan ikan nemo kalau hoki. Kondisi karangnya pun masih sangat baik. Berhubung hari sudah semakin sore, angin juga semakin kencang. Snorkeling di spot kedua semakin sulit. Bahkan, untuk balik ke kapal aja harus benar-benar keluar ekstra tenaga.
Setelah snorkeling, kami melanjutkan perjalanan ke daerah Cidaon untuk melihat langsung pengembalaan banteng. Sayangnya hanya bisa melihat dari jauh dari ujung savana. Matahari sudah terbenam dan kami kembali ke Pulau Peucang untuk mandi dan beberes, lalu dilanjutkan dengan makan malam dan istirahat.
Itinerary Hari ke-2
04:00 Tiba di Kecamatan Sumur, Ujung Kulon 06:00 Berangkat ke Pulau Peucang dengan kapal 09:00 Tiba di Pulau Peucang dan check in penginapan 11:00 Trekking menuju Karang Copong 13:00 Makan siang, istirahat, dan persiapan snorkeling 14:00 Snorkeling spot I (Ciapus) 16:00 Snorkeling spot II (Sumino) 17:30 Mengunjungi pengembalaan banteng di Cidaon 19:00 Kembali ke Pulau Peucang, mandi, dan beberes 19:30 Makan malam 21:00 Acara bebas dan istirahat
Hari Ketiga
Hari kepulangan kami dari Pulau Peucang, sebelum berangkat masih sempat lihat sedikit sunrise di dermaga.
Berangkat dari Pulau Peucang sekitar pukul 7, setelah sarapan nasi goreng di atas kapal. Perjalanan ke Sungai Cigenteur memakan waktu sekitar 2 jam. Laut di pantai dekat Sungai Cigenteur memang tidak sejernih di Pulau Peucang, tapi tetap bersih kok. Berhubung datang ke sini barengan dengan rombongan lain, jadi harus menunggu sekitar 1-2 jam, karena perahunya terbatas.
Menyusuri sungai Cigenteur seru banget! Bapak yang memandu kami juga talkative, banyak menjelaskan tentang alam di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon ini. Bahkan, kami sampai diskusi tentang suara badak, hahaha. Canoeing ini nggak teralu basah, hanya sampai betis saja, saat mau naik perahunya.
Meluncur lagi sekitar 1 jam menuju spot snorkeling yang ke-3, yaitu Pulau Badul. Tempatnya jauh lebih bagus dan jernih daripada dua spot sebelumnya. Di bawah laut sini teradapat patung badak yang banyak dijadikan spot foto.
Setelah snorkeling, Banten Vacation menyajikan makan siang di atas kapal, lalu melanjutkan perjalanan pulang ke Kecamatan Sumur. Setelah bebersih dan beberes, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta. Berangkat dari Kecamatan Sumur sekitar jam 4 sore, dan tiba di Plaza Semanggi Jakarta sekitar jam 11 malam, dengan berhenti satu kali untuk makan malam.
Itinerary Hari ke-3
06:00 Sarapan dan check out 07:00 Berangkat ke Sungai Cigenteur 10:00 Canoeing di Sungai Cigenteur 12:30 Snorkeling di spot III (Pulau Badul) 13:30 Makan siang dan perjalanan pulang ke Kecamatan Sumur 14:30 Tiba di Kecamatan Sumur dan bersih-bersih 16:00 Perjalanan kembali ke Jakarta 23:00 Tiba di Plaza Semanggi, Jakarta
Biaya Open Trip ke Pulau Peucang (3 Hari 2 Malam)
Bicara soal biaya, sebenarnya open trip ke Pulau Peucang ini bisa dibilang cukup murah. Apalagi setelah baca-baca pengalaman orang lain, ternyata sewa kapal sendiri itu harganya bisa jutaan.
Berikut perincian biaya yang aku keluarkan untuk open trip ke Pulau Peucang:
Rp750.000 : Open Trip ke Pulau Peucang (termasuk kapal, penginapan, dan 5x makan)
Rp80.000 : Penyewaan alat snorkeling (kaki katak dan kacamata)
Rp50.000 : Canoeing di Sungai Cigenteur
TOTAL: 880.000
Setelah baca blog post ini, jadi kepingin ke Pulau Peucang nggak?
Yuk, explore Indonesia lebih banyak lagi, karena di sini ada banyak kekayaan alam yang bisa dinikmati~
Sampai sekarang masih banyak lho, orang yang bilang kalau di Jakarta itu nggak ada pantai yang bagus. Semua lautnya hitam dekil dan kotor. Kayaknya orang-orang ini lupa deh sama eksistensi Kepulauan Seribu. Kita nggak perlu jauh-jauh ke luar kota buat nikmatin warna laut turquoise bening.
Udah lumayan lama pengen liburan ke Kepulauan Seribu. Dulu terakhir ke sana pas masih usia SD, udah lupa-lupa-ingat kayak gimana di sana. Akhirnya, pertengahan Januari kemarin tercetus ide liburan ke sini bersama teman. Impulsif sih, hari itu ngide, hari itu book segalanya.
Berhubung lagi mood liburan, tapi nggak mood nyusun itinerary segala, akhirnya aku pakai jasa opentrip, kali ini bareng @travelogy.id. Nggak ada alasan khusus sih kenapa milih travel ini. Cuma karena kebetulan follow aja, dan pas kemarin kepikiran mau liburan ke Pulau Harapan, tiba-tiba @travelogy.id ini update tentang opentrip ke sana. Yowes, hahaha.
Itinerary 2 Hari 1 Malam – Open Trip Pulau Harapan
Kapal yang akan mengangkut aku dan teman-teman ke Pulau Harapan ini berangkat dari Pelabuhan Muara Angke. Bisa dijangkau dengan GO-JEK ataupun mobil pribadi, parkiran di pelabuhan ini lumayan luas. Tim dari @travelogy.id kemarin sempat menghimbau untuk bawa masker untuk di pelabuhan ini. Terlalu meremehkan, ternyata di sini baunya mantep banget……
Pelabuhan Muara Angke
Kapal berangkat pukul 7:30, tapi jam 6:00 juga udah lumayan ramai penumpangnya. Tiket untuk ke Pulau Harapan bisa dibeli seharga Rp60.000 di gedung besar pelabuhan. Kapalnya sih menurutku tampak cukup aman. Penumpangnya nggak overload, dan setiap penumpang dapat satu life jacket yang wajib dipakai selama perjalanan.
Dermaga Pulau Harapan
Homestay AC super nyaman!
Perjalanan ke Pulau Harapan sekitar 3-4 jam. Sampai di sana pukul 11:30. Kesan pertama sewaktu sampai, airnya jernih banget…..nggak kayak di Jakarta rasanya. Setelah ketemu dengan pemandu dari @travelogy.id di sana, kami check in di homestay yang TERNYATA PAKAI AC! Ada TV-nya pula… Nyaman banget pokoknya.
Snorkeling di Sekitar Pulau Harapan
Sehabis istirahat makan siang sebentar, langsung melanjutkan perjalanan untuk snorkeling. Naik kapal kecil, sekitar 15 menit ke arah utara, kami tiba di Pulau Bintang. Ikannya ada banyak kecil-kecil, gemas banget! Ada bintang laut juga. Tapi harus hati-hati saat snorkeling, jangan ke tempat yang terlalu rendah, karena banyak bulu babi.
Makan siang di Pulau Harapan
Semua disediakan oleh tim @travelogy.id
Spot snorkeling pertama
FYI, bulu babi itu beracun durinya. Kalau terlanjur ketusuk sih, katanya harus dikencingin atau pukul-pukul bagian yang kena tersebut supaya duri bulu babi-nya hancur. Hati-hati ya!
Spot snorkeling kedua nggak kalah bagusnya. Ikannya lebih banyak, dan di sini malah ada ikan nemo! Terumbu karang-nya juga lebih banyak. Alhamdulillah, cuaca hari itu bersahabat, nggak banyak angin, jadi nggak berombak.
Jalan-jalan sore di pantai Pulau Dolphin
Setelah snorkeling, kami dibawa ke Pulau Dolphin, yang ternyata dimiliki oleh swasta. Di sini ada warung dan berbagai water sport. Di warung tersedia Indomie, gorengan, kopi, dan air kelapa. Lumayan lah buat istirahat sebentar. Semakin sore, air laut semakin tinggi dan kami kembali ke Pulau Harapan sambil menikmati sunset sepanjang jalan.
BBQ di Taman Terpadu Pulau Harapan
Sekitar pukul 19:00, tim dari @travelogy.id menyediakan makan malam di guest house. Di itinerary sih emang tertulis jadwal BBQ, tapi kirain itu sekalian makan malam. TERNYATA DIPISAH! Berhubung badan lagi capek-capeknya, jadi laper juga sih. Makan malam dua ronde pun dijabanin.
Food court Taman Terpadu Pulau Harapan
Siap-siap BBQ di Pulau Harpan
BBQ dilaksanakan di foodcourt Taman Terpadu. Ada banyak warung-warung kecil penjual makanan dan oleh-oleh ternyata di sini. Ikan dan sosis bakar yang disajikan makin enak saat dicocol ke kecap sambalnya. Yummy!
Island Hopping Sekitar Kepulauan Harapan
Hari ke-2 dimulai dengan sarapan nasi goreng dan telur mata sapi, lalu dilanjut dengan island hopping. Pulau tujuan pertama adalah Pulau Dolphin (lagi). Sebenarnya agak sedikit kecewa sih karena balik lagi ke pulau yang sudah dikunjungi kemarin, tapi ah sudahlah dinikmati saja. Kalau kemarin cuma nongkrong di warung, sekarang jalan-jalan ke arah belakang.
Balik lagi ke Pulau Dolphin~
Di pulau ini ternyata banyak yang camping. Ada fasilitas ruangan MCK juga. Kalau malas masak, bisa jajan Indomie di warung. Sebenarnya selain di Pulau Dolphin, ada pulau-pulau lain juga yang sering dijadikan tempat camping, tapi fasilitasnya tidak sememadai Pulau Dolphin ini.
Pulau ke-2 yang dikunjungi adalah Pulau Tongkeng, yang konon katanya dimiliki oleh pribadi (maaf, lupa namanya siapa). Ada satu rumah besar di tengah pulau ini yang sayangnya tidak tampak terawat. Dekat dermaga, hanya ada bapak-ibu penjual minuman yang menjual kelapa muda tersegar di Jakarta! Di sini nggak ada sendok, jadi makan daging kelapanya menggunakan kulit kelapa yang dibentuk menyerupai sendok. Menarik!
Kelapa muda di Pulau Tongkeng
Pantai Pulau Tongkeng
Menjelang pukul 12 siang, kami kembali ke Pulau Harapan untuk beres-beres dan persiapan pulang ke kota. Liburan akhir pekan kali ini lumayan seru, karena sebenarnya tidak jauh dari ibukota, tapi bisa mendapat pengalaman seperti ke luar kota. Jarang-jarang bisa melihat Ikan Nemo di laut Jakarta, kan?
Biaya open trip bersama @travelogy.id kemarin adalah Rp380.000 per orang. Sudah termasuk kapal dari pelabuhan Jakarta, homestay AC, kapal kecil untuk snorkeling dan island hopping, serta peralatannya, BBQ, dan tiga kali makan. Pokoknya udah all-in semua kecuali kalau mau jajan-jajan sendiri. Di Pulau Harapan ada banyak jajanan, misalnya telor gulung ini. Worth it! Tapi bakal lebih seru lagi kalau jadwal snorkeling lebih padat dan nggak cuma dua spot aja~
Telor gulung di Pulau Harapan
Belum mau pulang 🙁
So, enaknya liburan akhir pekan ke mana lagi ya selanjutnya? Any ideas? Yang bisa Sabtu-Minggu aja karena aku masih anak probation di kantor baru, jadi mau ambil cuti kan nggak enak, hahahaha.
BACA JUGA: Pengalaman Ikut Open Trip ke Pulau Peucang (3 Hari 2 Malam)
Salah satu perjalanan paling memorable di tahun 2018 kemarin adalah Banda Neira. Ada yang udah pernah ke sini juga?
Banda Neira atau Banda Naira adalah salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Banda, Maluku Tengah. Dulunya, Banda Neira ini jadi pusat perdagangan rempah-rempah, khususnya pala. Makanya, setiap warung di sini pasti nyediain menu pala, dalam bentuk minuman ataupun makanan.
Kalau lihat di peta, sekilas kelihatannya memang cuma tulisan “Laut Banda” doang. Kalau mau cari Kepulauan Banda dan Banda Neira, harus zoom in beberapa kali. Tapi, siapa sangka bahwa di kepulauan yang nggak terlalu besar ini tersimpan keindahan yang luar biasa!
Laut yang benar-benar jernih, pantai pasir putih lembut, pemandangan yang nggak bikin bosan, sunset yang indah banget, dan masih banyak lagi. Di blog post kali ini, aku mau cerita (banyak) tentang trip ke Banda Neira bulan November lalu. Silakan dibaca sampai habis~
Alasan Memilih Banda Neira
Trip ini direncanakan bareng dua orang teman kampusku, Arsy dan Icha, yang sedari dulu emang hobi jalan-jalan. Dari zaman kuliah sebenarnya selalu ingin ikut ngetrip sama mereka, tapi rezekinya baru ada di tahun 2018 ini ternyata, hahaha.
Menghbiskan waktu, main di pantai~
Kapan lagi bisa lihat air laut sejernih ini?
Destinasi Banda Neira ini sebenarnya agak impulsif, lagi browsing tentang open trip yang seru. Lalu nggak sengaja ketemu dengan Fun Adventure dan Banda Neira. Setelah tanya-tanya, ternayat harganya cocok. Sewaktu Googling juga kayaknya bagus tempatnya. Apalagi letaknya di Indonesia bagian timur, jadi urusan pantai sama laut, nggak usah diragukan lagi. Pasti bakal keren.
Jadi ya, alasannya sepele, “Kayaknya seru deh. Sesuai budget juga.”
Pembayaran buat trip ini dibagi beberapa kali, DP dan cicilan. Nggak terlalu memberatkan jadinya. Apalagi rencana trip ini udah ada dari sekitar bulan Juni. Lumayan, ada sekitar 5 bulan buat nabung. Kelewatan Lebaran pula, ada tambahan gaji THR. Hehehe.
Oh iya, sebelum mulai bayar DP, aku cerita soal trip Banda Neira ini pada temanku yang lain, Aris namanya. Kebetulan dia juga suka (banget) jalan-jalan, jadi ya udah sekalian ajak aja, karena tau 95% dia pasti mau ikutan. Ternyata beneran mau~
BACA JUGA: Pengalaman Ikut Open Trip ke Pulau Peucang (3 Hari 2 Malam)
Itinerary Open Trip Banda Neira 5D4N
Akhirnya tiba juga hari keberangkatan trip, Jumat, 16 November 2018. Kami ambil flight malam dengan Garuda Indonesia menuju Ambon, karena meeting point-nya di situ. Penerbangan ini memakan waktu sekitar 5 jam (tapi rasa 7 jam karena ada perbedaan waktu), dengan transit satu kali di Makassar. Sebenarnya, berkat transit jadi dapat makan dua kali, lumayan banget!
Peta Kepulauan Banda
DAY 1 – 17 November 2018
Sesampainya di Ambon sekitar pukul 7 pagi, kami langsung bertemu dengan pihak Fun Adventure. Diantar ke mobil untuk menuju Pelabuhan Tulehu, Ambon. Kemudian, menyambung perjalanan dengan kapal Express Bahari tujuan Banda Neira.
Kapal berangkat tepat jam 9 pagi, kami duduk di kursi yang sesuai dengan tiket. Agak deg-degan saat itu, karena pelampung ada di tempat yang tertutup dan sulit dijangkau. Nggak lupa baca doa dulu sebelum berangkat, karena deg-degan banget bakal kenapa-kenapa, karena ngambil pelampung buat menyelamatkan diri bakal susah banget. Perjalanan menuju Banda Neira ini memakan waktu sekitar 7 jam.
30 menit lagi menuju Banda Neira~
Tanpa bantuan Antimo, aku sukses tidur sekitar 4 jam perjalanan. Bangun sebentar karena dapat makan siang dari pengelola trip, lalu lanjut tidur lagi. Baru bangun ketika Gunung Api-nya Banda Neira udah kelihatan setitik. Pemandangan saat itu benar-benar cuma laut yang biru. Nggak ada pulau lain yang terlihat selain Gunung Api.
Alhamdulillah, perjalanan menurutku lancar banget (karena sebagian besar tidur), tapi menurut yang lain sih sempat ada ombak besar banget. Cuaca bulan November emang udah agak berangin sih, tapi masih tetap cerah ceria.
Turun dari kapal, langsung kelihatan Gunung Api Banda
Kamar tidur di Bintang Laut Guest House, ada kamar mandi di dalam juga!
Kemudian, kami check in di penginapan Bintang Laut Guest House. Penginapan ini menghadap langsung laut dan Gunung Api Banda. Teras belakangnya bisa buat parkir kapal, jadi nggak perlu jalan jauh-jauh buat island hopping nanti~
Setelah beres-beres dan mandi, kami lanjut jalan-jalan keliling kota. Melihat bangunan-bangunan bersejarah di kota ini. Suasana kotanya tenang banget. Walau pulaunya nggak terlalu besar, di sini ada banyak yang punya kendaraan bermotor dan pom bensin. Dilanjut dengan makan malam di penginapan, semua sudah disiapkan dengan sangat baik.
Menu makanannya ala rumahan banget, lauknya ada ikan, ayam, dan sayur-sayuran. Kadang-kadang disediakan pudding juga sebagai pencuci mulut. Setelah kenyang makan, lanjut istirahat, karena tiga hari besok bakal berenang terus!
DAY 2 – 18 November 2018
Itinerary hari ini akan mengunjungi tiga pulau, semuanya untuk snorkeling pastinya. Berangkat dari Bintang Laut Guest House sekitar pukul 9 pagi. Sebelum berangkat, semua peserta trip dibagikan pelampung untuk keselamatan terlebih dahulu. Sekalian dipakai buat kalau nanti snorkeling juga.
Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Nailaka. Langsung jatuh cinta ketika kapal berhenti dan bisa lihat air lautnya. JERNIH BANGET! Dari atas aja bisa kelihatan jelas ke dasar lautnya.
Airnya jernih banget, kan?
Sejernih kolam renang!
In my opinion, sebenarnya bawah lautnya Pulau Nailaka ini biasa aja. Lumayan banyak ikan sih, tapi terumbu karangnya agak kurang. Hal yang paling priceless adalah kejernihan airnya dan keindahan pantainya. Sehabis capek snorkeling, aku, Icha, dan Arsy menepi ke pantai. Senang banget rasanya walau cuma duduk-duduk diterpa ombak di pinggir pantai. Apalagi sejauh mata memandang adalah laut yang sejernih ini.
Dilanjut dengan makan siang di pantai Pulau Nailaka, ditambah dengan permainan sulap dari tour guide lokal Banda Neira. Banyak ketawa-ketawanya, sampai capek rahang ini…
Kegiatan snorkeling dilanjut lagi di Pulau Run, yang letaknya cuma sekitar 5-10 menit dari Pulau Nailaka. Di sini spot snorkelingnya lebih bagus menurutku. Terumbu karang dan ikannya lebih banyak. Pemandangannya nggak sebening di Pulau Nailaka, karena spot snorkeling di sini agak lebih dalam. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Ai.
Jalan menuju dermaga Pulau Ai
Masjid di Pulau Ai
Lain dengan dua sebelumnya, Pulau Ai ini ada penduduknya. Kami jalan-jalan di perkampungannya sebentar, lalu lanjut berenang lagi. Di dekat Pulau Ai ini ada spot snorkeling. Bahkan di dekat pemukiman aja lautnya bersih banget, ada terumbu karang warna-warni yang lengkap sama ikannya!
Kami pulang sebelum matahari terbenam. Sampai lagi di Bintang Laut Guest House sekitar magrib. Dilanjut bersih-bersih, mandi, dan makan malam.
Setelah makan malam kami pergi jalan-jalan sebentar, menikmati suasana Banda Neira di malam hari. Di sini nggak terlalu ramai, tapi ada beberapa kafe yang bisa dikunjungi. Rata-rata semua menyajikan aneka hidangan pala. Mulai dari jus pala, teh pala, kopi pala, sampai dengan pancake pala. Menarik!
DAY 3 – 19 November 2018
Itinerary hari ini nggak jauh beda sama kemarin, snorkeling aja. Berangkat dari Bintang Laut Guest House sekitar pukul 9 pagi. Pulau pertama yang akan kami sambangi adalah Pulau Hatta. Untuk mencapai ke sana, bakal makan waktu sekitar 2 jam perjalanan.
Satu hal yang berkesan tentang perjalanan ke Pulau Hatta ini adalah kami berpapasan dengan segerombol lumba-lumba. Beneran keren banget pokoknya!
Perairan Pulau Hatta yang jernih dan sepi
Siap-siap berenang di Pulau Hatta
Pulau Hatta ternyata ada penghuninya. Sebagian besar memang wisatawan, yang sengaja menginap di sini karena mau snorkeling atau diving. Iya, Pulau Hatta ini terkenal dengan eksotisme alam bawah lautnya. Listrik di sini hanya nyala sekitar 2 jam saja seharinya. Sinyal pun nihil. Jadi kegiatan di sini ya kalau nggak berenang, makan, ngobrol, baca buku, tidur.
Setelah persiapan sejenak, kami mulai terjun satu demi satu ke laut. Benar saja, lautnya jernih banget! Ada bagian yang hampir seperti palung, dari landai berpasir tiba-tiba biru gelap. Ngeri-ngeri sedap, tapi priceless, lah! Setelah makan siang, kami masih snorkeling di sekitar Pulau Hatta. Nggak kalah bagus dengan yang sebelumnya. Mungkin emang setiap sentimeter laut di sini, semuanya indah~
Bawah laut Pulau Hatta
Berenang sedikit dari pantai langsung palung
Yakin, nggak mau ke Banda Neira?
Kami melanjutkan perjalanan ke pulau lainnya yang terletak antara Pulau Hatta dan Banda Neira. Di sini gelombangnya agak besar, jadi buat snorkelingnya agak kurang puas, karena jadi cepat capek. Huhuhu.
Sebelum pulang, kami melipir dulu ke Pulau Sjahrir atau yang juga akrab disebut sebagai Pulau Pisang. Di pulau ini ada satu SD kecil, yang bangunannya dibagi menjadi dua. Satu untuk kelas 1-4, satunya lagi untuk kelas 5-6. SD ini usianya belum lama. Dulunya mereka harus melaut dulu menuju Pulau Banda Besar untuk menuntut ilmu. Di sinilah aku merasa ‘jleb’ banget. Dengan segala fasilitas yang tersedia di ibukota, aku masih aja ngeluh, kadang malah males sekolah…
Tanjung Seram
Meratapi nasib di Tanjung Seram
Anyway, kami melanjutkan perjalanan di Pulau Pisang ini menuju Tanjung Seram. Di sini bisa melihat dengan sangat jelas pemandangan Gunung Api Banda. Bagus banget, sampai nggak bisa berkata-kata. Kegiatan di sini cuma duduk-duduk aja, santai menikmati angin sambil ngobrol. Sesekali foto-foto juga~
Foto bareng peserta open trip Banda Neira
Setelah itu kami lanjut snorkeling lagi. Nggak terlalu jauh dari Banda Neira. Spot terakhir untuk hari ini nggak kalah bagus, tapi airnya sedikit lebih butek rasanya kalau di foto. Pulang dari snorkeling terakhir inilah telinga sebelah kiriku mulai budeg. Agaknya aku terlalu semangat menyelam…
DAY 4 – 20 November 2018
Hari ke-4 dimulai dengan kunjungan ke Desa Lonthor, Pulau Banda Besar. Sekitar seminggu sebelum kedatangan kami ke sini, ada festival cuci parigi (sumur) pusaka. Katanya, acara meriah banget, sampai desa ini penuh. Di tengah-tengah desa ini memang ada sumur tua yang cukup besar.
Menaiki 175 anak tangga menuju Desa Lonthoir
Gunung Api Banda, dilihat dari Desa Lonthoir, Pulau Banda Besar
Kami melanjutkan jalan-jalan ke pemakaman Belanda yang dulu tinggal di daerah ini, dan ke kebun pala. Jalan-jalan kami ditemani oleh guide setempat yang sehari-harinya berprofesi sebagai petani pala. Kami disuguhi teh dan kopi pala untuk dinikmati sambil makan siang.
Menikmati kopi pala langsung di kebun pala
Setelah jalan-jalan di Pulau Banda Besar, kami lanjut snorkeling di bawah Gunung Api Banda. Berhubung kondisi telinga yang lagi budeg-budegnya, tadinya sempat nggak kepingin nyelam lagi, takut makin parah soalnya. Tapi, akhirnya sih tetap nyelam lagi karena lihat air lautnya yang bersih. Bikin penasaran!
Sambil istirahat, kami menikmati air kelapa langsung dari batoknya. Tanpa sedotan atau apapun, dikokop langsung aja dari batoknya, hahaha.
Berhubung gelombang air laut makin tinggi, kami batal snorkeling di spot selanjutnya, dan kembali ke Bintang Laut Guest House. Mandi, dan jalan-jalan keliling Banda Neira aja.
Lihat-lihat ke dalam rumah pengasingan Bung Hatta
Fort Belgica
Pemandangan Fort Belgica dan Gunung Api Banda, seperti yang di mata uang Rp1.000
Kami mampir ke rumah pengasingan Bung Hatta di sini, lalu lanjut ke Fort Belgica yang jadi gambar di uang kertas Rp1.000. Benteng ini dulunya dibangun oleh Portugis, lalu dibangun kembali oleh VOC. Sayangnya, benteng ini nggak buka sampai malam, jadi kami nggak bisa menikmati matahari terbenam dari sini.
Jalan-jalan dilanjutkan ke rumah budaya yang nggak jauh dari pelabuhan, lalu akhirnya kami bersantai di bandara sambil menikmati matahari terbenam. Bandara di Banda Neira ini emang nggak terlalu aktif, hanya ada pesawat kecil dari Ambon yang datang. Itu juga jarang, mungkin sekitar seminggu sekali saja. Jadi sehari-harinya landasan pesawat di bandara ini banyak dipakai buat nongkrong.
Main-main di landasan udara Banda Neira
Niatnya menikmati sunset, tapi terlalu nikmat sampai pas mau foto udah tenggelam banget, haha.
DAY 5 – 21 November 2018
Tidak banyak yang kami lakukan hari ini. Cuma beres-beres saja, karena kapal menuju Ambon akan berangkat sekitar jam 9 pagi. Ada sedikit rasa sedih sewaktu mau meninggalkan Banda Neira. Terlalu banyak cinta yang kami tinggalkan di sini.
Kembali kami naiki kapal Bahari Express tujuan Ambon, lalu duduk di tempat yang sesuai dengan tiket. Tidak lupa minum antimo sebelum mulai perjalanan, supaya bisa tidur di kapal dan tahu-tahu sampai di Ambon. Perjalanan bebas mabuk~
Sampai di Pelabuhan Tulehu Ambon sekitar pukul 16:00. Pihak dari Fun Adventure sudah menyiapkan beberapa mobil untuk kami. Sebagian melanjutkan perjalanan langsung ke bandara, sebagian lagi extend liburan di Ambon.
Aku? Salah satu yang extend di Ambon dong. Sayangnya, Aris nggak bisa ikut extend bersama kami, karena jatah cuti nggak mencukupi. Cerita tentang jalan-jalan di Ambon akan aku lanjutkan di blog post lainnya ya~
——————————————————————————–
FAQ Tentang Open Trip Banda Neira
Pemandangan dari atas Fort Belgica
Q: Pakai trip apa? A: Aku memakai trip dari Fun Adventure (@funadventure_). Ke Banda Neira ini cuma ada beberapa trip aja dalam setahun, jadi kalau memang mau ke sini, harus planning dari jauh-jauh hari. Agak susah kalau dadakan.
Q: Bisa pakai koper ke Banda Neira? Atau harus backpack? A: Bisa! Aku pakai koper kok. Kebetulan semua jalur di sini ramah koper. Termasuk buat naik ke kapalnya.
Q: Foto-foto di atas pakai kamera apa? A: Fujifilm XT10 untuk foto di darat. Fujifilm FinePix XP130 dan GoPro Hero4 untuk underwater.
Q: Berapa harga tiket pesawat ke Ambon waktu itu? A: PP sekitar Rp3.000.000. Waktu itu manfaatin cashback di Tokopedia sebesar Rp400.000. Setiap beli tiket Rp1.500.000 dapat cashback Rp200.000, jadi tiket pergi dan pulang terpisah belinya.
Q: Berapa harga open trip ke Banda Neira? A: Harga trip bulan November 2018 waktu itu adalah Rp3.725.000, bisa dicicil beberapa kali.
Q: Fasilitas apa aja yang didapat dari Bintang Laut Guest House? A: Handuk, AC, kamar mandi dalam, TV, dan WiFi
Q: Bulan November kan musim hujan, gimana cuaca selama di sana? A: Alhamdulillah, selama 5 hari selalu cerah! Beberapa spot sih udah sulit buat snorkeling karena gelombangnya udah tinggi. Tapi katanya musim hujan di sana baru mulai sekitar bulan Desember sampai dengan Imlek.
Yuk, main ke Banda Neira!
Kalau ada yang mau ditanyakan selain FAQ ini, boleh komentar di bawah, atau DM via Instagram aku @margaapsari ya!
Terima kasih banyak sudah membaca, semoga kalian juga tertarik untuk main-main ke Banda Neira dan merasakan keseruan yang aku rasakan di sini!